loading...

SEMINAR WIRAUSAHA: PENGGABUNGAN KONSEP DUNIA USAHA RETAIL DENGAN NETWORK MARKETING

    LATAR BELAKANG


  • Industri Retail adalah bidang berskala besar, mempengaruhi kehidupan dari berbagai lapisan masyarakat, dan tahan terhadap guncangan krisis. Sementara sektor lain mengalami stagnasi dan penurunan, pasar ritel Indonesia masih terus mengalami pertumbuhan positif. APRINDO (Asosiasi Pengusaha Retail Indonesia) mencatat nilai pasar ritel Indonesia dari anggotanya saja sudah mencapai 70 trilyun Rupiah di tahun 2008.

  • Network Marketing adalah model bisnis distribusi yang memungkinkan produsen memasarkan produknya secara langsung ke konsumen lewat jaringan referensi dan penjualan lainnya. Model seperti ini memungkinkan efisiensi biaya distribusi dan penetrasi pasar yang lebih efektif dibanding cara konvensional.

  • Ekonomi Rakyat adalah konsep perlu untuk diejawantahkan dalam bentuk nyata di lapangan dengan sistem terpadu dan skala masif untuk mewujudkan kesejahteraan bangsa seperti yang dicita-citakan para pendiri bangsa.

PENGANTAR

Prof. Dr. Mubyarto (Guru Besar Ekonomi UGM) tahun 2004 lalu menyatakan keprihatinannya tentang program-program ekonomi yang dikampanyekan para capres. Pada umumnya para Capres/Cawapres belum memahami benar apa itu ekonomi rakyat, dan karena belum jelas pemahaman mereka mengenai ekonomi rakyat, maka sulit diharapkan dapat dirumuskannya program-program kongkrit bagaimana mengembangkannya, dan yang sangat sering diucapkan bagaimana 'memberdayakannya".

Yang lebih sering kita dengar justru bukan konsep tentang ekonomi rakyat, tetapi ekonomi kerakyatan, yang menurut mereka harus diberdayakan juga. Maka mereka dengan bersemangat menyatakan akan menyusun dan melaksanakan program pemberdayaan ekonomi kerakyatan padahal ekonomi kerakyatan sebagaimana tercantum jelas dalam Propenas (UU No. 25/2000) adalah sistem ekonomi. Sistem ekonomi dapat dikembangkan dan yang jelas dilaksanakan, tidak diberdayakan, karena yang diberdayakan adalah orangnya, pelakunya, yaitu ekonomi rakyat.

EKONOMI KERAKYATAN

Ekonomi kerakyatan adalah (sistem) ekonomi yang demokratis. Pengertian demokrasi ekonomi atau (sistem) ekonomi yang demokratis termuat lengkap dalam penjelasan pasal 33 UUD 1945 yang berbunyi:

"Produksi dikerjakan oleh semua untuk semua dibawah pimpinan atau penilikan anggota-anggota masyarakat. Kemakmuran masyarakatlah yang diutamakan bukan kemakmuran orang-seorang. Sebab itu perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan..."

MEMBERDAYAKAN EKONOMI RAKYAT

Hal-hal mendesak yang harus dilakukan dalam pemberdayaan ekonomi rakyat:

  • Penghapusan monopoli dengan keberpihakan pemerintah pada kepentingan rakyat
    Sebagai catatan, sistem monopoli telah mengalami evolusi dari model yang kasat mata (misalnya bentuk 'tata niaga' sentralistik, contoh: BPPC) ke model monopoli kapitalis (monopoli yang terjadi akibat mekanisme pasar bebas yang tak terkendali, contoh akibatnya: matinya pasar ritel tradisional yang terdesak secara alami oleh masuknya korporasi besar ke sektor ritel).
    Salah satu tindakan pemerintah yang layak mendapat apresiasi adalah terbitnya Permendag no. 53/2008 yang memproteksi pasar tradisional.

  • Meningkatkan pendidikan rakyat baik secara kuantitas (implementasinya: pendidikan harus terjangkau oleh rakyat kebanyakan) maupun kualitas (kurikulum pendidikan yang bukan sekedar menciptakan masyarakat pekerja namun mendorong jiwa kewirausahawan, peningkatan kualitas pendidik, dsb.)

PERAN SERTA MASYARAKAT

Membangun ekonomi negara sesungguhnya bukan sekedar tugas dari pemerintah. Peran pemerintah (government) secara konsep adalah pendorong dan pengawas pembangunan ekonomi (lewat aturan dan kebijakan pemerintah), fasilitator, dan penyedia prasarana (to govern = mengatur,mendorong tindakan,mengendalikan). Dalam konsep sistem ekonomi Indonesia (ekonomi kerakyatan), ekonomi Indonesia adalah ekonomi yang dibangun dan digerakkan secara bersama-sama atas asas kekeluargaan. Untuk itu sesungguhnya masyarakat sendiri harus berperan secara aktif-kreatif dan mandiri untuk membangun ekonominya sendiri dengan memaksimalkan segala sumber daya yang ada, terutama di bidang SDM.

NETWORK MARKETING SEBAGAI SOLUSI PRAKTIS

Network Marketing, dengan sifatnya yang terbuka bagi semua orang -- dibangun secara bersama-sama dengan modal dan usaha bersama -- adalah model usaha yang sejalan dengan jiwa koperasi yang memiliki semangat gotong royong. Sifat dari network marketing secara natural membentuk mentalitas enterpreneurship (paradigma membangun aset, kerja keras, mau belajar, berani bertindak) dan kepemimpinan (tanggung jawab, konsistensi, integritas) pada para pelakunya, pada akhirnya -- karena berjalan secara masif dan kolektif -- menciptakan kelas baru di masyarakat yang memiliki potensi sebagai pendorong perubahan. Hal yang sangat positif dari Network Marketing adalah kemampuannya untuk menciptakan lapangan pekerjaan yang seluas-luasnya, yang merupakan solusi untuk mengatasi masalah pengangguran.

Sejauh ini model Network Marketing -- sebagaimana semual hal baru -- masih dipandang secara skeptis oleh masyarakat umum. Di Indonesia jumlah pelaku Network Marketing masih di bawah 3% dari total penduduk Indonesia (APLI 2008: 8 juta distributor MLM). Padahal sesungguhnya, seperti diungkapkan pakar marketing Hermawan Kartajaya di sebuah acara talkshow di TVRI, "MLM is good, MLM dibutuhkan oleh bangsa ini karena dapat menciptakan enterpreneur-enterpreneur di tingkat mikro".

Selain itu salah satu kendala pertumbuhan MLM di Indonesia masih tersendat adalah faktor daya beli masyarakat Indonesia yang masih rendah, sementara umumnya produk yang didistribusikan di MLM adalah produk premium dengan harga yang relatif kurang terjangkau oleh masyarakat kebanyakan.

PENGGABUNGAN RETAIL DENGAN NETWORK MARKETING

Menilik potensi Network Marketing yang sedemikian besar dan kendala-kendala yang ada sekarang, sesungguhnya terbuka sebuah peluang untuk memberdayakan ekonomi rakyat dengan merancang sebuah model usaha baru yang menggabungkan industri ritel dengan network marketing. Produk yang didistribusikan adalah produk sehari-hari dengan merk yang sudah dikenal dan terbiasa digunakan oleh masyarakat umum, dengan harga yang sangat terjangkau (kompetitif dengan harga di pasar ritel modern). Karena modal memulai usaha Network Marketing yang sangat rendah (terjangkau oleh siapapun juga), memiliki sistem yang telah teruji yang memungkinkan penghasilan pasif dalam jumlah tak terbatas, dan adanya dukungan lembaga pendukung mandiri yang menyediakan kurikulum dan sistem pendidikan terpadu (support system), begitu digabungkan dengan usaha ritel (terutama untuk tipe produk dari kategori barang-barang kebutuhan primer) akan menciptakan sinergi yang luar biasa besar dalam skala yang cukup signifikan untuk membuat perubahan di perekonomian Indonesia. Penggabungan dua konsep ini menggantikan sistem distribusi konvensional dengan format toko (store format) dengan model penjualan langsung tanpa toko (non-store format) dalam sebuah konsep baru, Retail-Networking.


BANNER POINT PROJECT

Tianshi, sebuah perusahaan Network Marketing dari China, melalui anak perusahaannya di bidang ritel BannerStore, baru-baru ini mengumumkan proyeknya yang terbaru, proyek BannerPOINT, yang merupakan perusahaan pertama di dunia yang menerapkan konsep retail-networking secara penuh dalam skala besar. Dengan dukungan infrastruktur manajemen yang telah dibangun selama 8 tahun di Indonesia dan hampir 4 juta distributor yang tersebar di seluruh wilayah nusantara, Tianshi memiliki optimisme sangat besar bahwa konsep Retail-Networking ini dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan: membangun ekonomi Indonesia melalui pemberdayaan ekonomi rakyat. Dan Indonesia boleh berbangga karena dari 109 negara dimana Tianshi membangun cabang, Indonesia terpilih sebagai negara pertama untuk menjalankan konsep yang revolusioner ini, yang akan menjadi pilot project untuk implementasi BannerPOINT di seluruh dunia.

NARA SUMBER

Ferdinand F. Liu (Konseptor BannerPOINT Project)
Prof. Dr. Ramantha (Dekan & Guru Besar Fakultas Ekonomi Udayana)
Drs. Frengky Liyanto, M.Sc., MBA (Konsultan Manajemen & IT)
Yogi Tyandaru, S.Sos (Owner & CEO Fajar Group)
I. Heru Kuncoro (Praktisi Network Marketing, Pengusaha Properti)
Moderator: Eko M. Prasetya (Praktisi Network Marketing, Industriawan)

REFERENSI

1) Prof. Dr. Mubyarto, Artikel - Ekonomi Rakyat dan Reformasi Kebijakan - Juli 2004
2) Hermawan Kartajaya, Acara talkshow Sehat Menuju Sejahtera, TVRI Nasional 2006
3) Suryadharma Ali, M.Sc. (Menteri Koperasi RI), Pidato di acara Awakening Seminar 2008
4) Warta Ekonomi Edisi 02 Tahun XXI 26 Januari-8 Februari 2009
5) Website BannerStore Retail, http://bsretail.com


Catatan:
Press Release ini berkaitan dengan diadakannya seminar tentang peluang usaha ritel Banner Store di Denpasar, Bali (Jumat, 22 Mei 2009). Berita disiarkan di TVRI Nasional hari Minggu, 24 Mei 2009 di acara Warta Siang: http://www.facebook.com/video/video.php?v=83318674731

Tidak ada komentar:

Posting Komentar