loading...

Kenapa Anda Gagal di MLM?

Di balik maraknya perkembangan bisnis multi level marketing (MLM) dan kesuksesan yang sudah dirasakan sebagian anggotanya, sesungguhnya tidak sedikit beredar kisah sedih dari orang yang gagal menggeluti bisnis MLM. Anda bisa membaca kalimat ini dalam www.amway.co.id /pyramide.asp.


Namun, meskipun telah banyak orang yang gagal melakoninya, tapi ternyata bisnis ini tak pernah sepi dari peminatnya. Pasalnya, sistem MLM yang memasarkan produk dengan jalur distributor independen ini, memang banyak menarik masyarakat karena cepat mendapatkan keuntungan besar.

Karena, tanpa adanya campur tangan perusahan produsen, distributor bisa leluasa memasarkan produknya. Dengan imbal jasa diperoleh melalui potongan harga, komisi atau insentif yang ditetapkan oleh perusahaan produsen secara berjenjang, sesuai dengan jumlah nilai penjualan (volume point atau business point).


Dalam sistem usaha MLM pun, semua pelakunya bisa mendapatkan peluang untuk mencapai jenjang tinggi dan keuntungan besar, dengan waktu yang relatif pendek. Selain itu, bisnis inipun hanya memerlukan modal ringan, berupa pembelian formulir pendaftaran, serta informasi lengkap (starter kit, busines pack) yang nilainya sekitar Rp300.000.


Andrias Harefa menyebutkan ada beberapa hari yang memberikan pesona atau daya tarik usaha MLM, yakni dimana penghasilan mereka yang sudah mencapai tingkat Diamond Distributor di 2 perusahaan besar MLM seperti Amway atau Diamond Agency Manager di CNI misalnya, lebih besar dibandingkan para direktur maupun CEO di perusahaan konvensional.


Selain itu, dalam sistem MLM semua orang berpeluang untuk mencapai jenjang tinggi dengan waktu yang relatif pendek. Untuk mencapai jenjang Diamond umumnya dibutuhkan waktu 4-10 tahun. Sedangkan untuk mencapai jenjang direktur atau CEO dalam perusahaan konvensional dibutuhkan waktu 15-30 tahun.


Asal muasal perusahaan-perusahaan MLM sendiri cukup bervariasi. Beberapa ada yang berasal dari dalam negeri. Namun tak sedikit juga yang diimpor dari Amerika, Inggris, atau Malaysia.

Di Indonesia, perusahaan MLM yang menyediakan barang dan jasa, jumlahnya bisa mencapai ratusan. Bahkan, dari satu perusahaan yang menjual ratusan produk tersebut, sebagian kecil di antaranya diproduksi sendiri (ekslusif). Sebagian besar di antaranya, merupakan produk titipan (general) yang dititipkan oleh perusahaan-perusahaan produsen merk ternama.


Dalam sistem bisnis MLM, risiko kerugian financial sangat rendah. Karena dengan hanya modal yang minim, jelas bahwa risiko finansial bagi yang gagal meraih sukses dalam bisnis inipun kecil. Bahkan, perusahaan-perusahaan besar MLM memberikan kesempatan pada distributornya, mengembalikan starter kit-nya dan mendapatkan kembali uangnya jika mereka merasa ragu menjalaninya.

Namun celakanya, justru karena modal awalnya minimum dan risikonya relatif kecil, banyak orang yang terlibat dalam bisnis ini tidak serius menjalankannya, sehingga memang berakhir dengan kegagalan. Padahal untuk semua usaha, modal finansial bukan satu-satunya modal yang hares dikeluarkan. Dalam menekuni bisnis apapun modal yang juga dibutuhkan adalah berupa waktu, pengetahuan, sikap mental, motivasi dan tekad bulat, keahlianberkomunikasi dan lain-lain, seperti halnya dalam bisnis MLM ini.


Dari diri sendiri

Menurut perencana keuangan Safir Senduk, kegagalan yang banyak dialami para pelaku bisnis MLM, kebanyakan berasal dari diri mereka sendiri. "Sebenarnya kegagalan di MLM sama dengan di bisnis lainnya, namun karena biasanya mereka tak berkumpul lagi setelah gagal, maka tidak terlihat berapa banyak mereka yang gagal," ujar Safir kepada Bisnis Uang. "Biasanya kegagalan di MLM lebih disebabkan babkan oleh kurangnya kegigihan, serta kurang cerdasnya pelaku MLM dalam menerapkan peraturan, dan prosedur standar yang ditentukan perusahaan tersebut," tambahnya.


Sependapat dengan Safir Senduk, penggiat MLM Herbalife yang telah sukses dalam ~ menjalani bisnis MLM, Silvia Karst juga mengatakan bahwa kegagalan di bisnis MLM memang sebagian besar ditentukan oleh pelaku bisnis itu sendiri. Pasalnya, menurut Silvia, banyak pelaku MLM di Indonesia yang tak sabar dalam menjalani bisnis MLM, sehingga mereka akan cepat menyerah dan merasa gagal.


Menurut Silvia, keberhasilan bisnis ini tergantung sepenuhnya pada pelaku bisnis itu sendiri. Dan biasanya kegagalan disebabkan oleh tidak adanya tujuan yang jelas, tidak konsisten, dan tidak sabar, termasuk juga tidak siap melakukan hal-hal yang baru. Jadi kegagalan itu tidak ditentukan oleh perusahannya. "Karena yang saya perhatikan selama ini, dalam semua perusahaan MLM itu semuanya hampir sama dalam sistem manajemennya. Karena itu, diperusahaan manapun seseorang rang menjalani bisnis MLM, hasilnya akan tetap sama sesuai dengan etos kerja pelaku masing-masing," tandas Silvia lagi.


Silvia juga mengatakan bahwa waktu yang bisa menentukan gagal atau tidaknya pelaku bisnis tidaklah singkat. Kegagalan pelaku MLM ditentukan dalam waktu selama tiga tahun. Tidak mungkin hanya dalam hitungan bulan kita bisa mengetahui apakah kita berhasil atau gagal dalam menjalani bisnis ini. Hal biasa, Silvia menambahkan bahwa jatuh bangunnya dalam bisnis MLM adalah hal yang biasa. Bahwasanya kegagalan pelaku MLM karena mereka tidak mengikuti anjuran dari mentor, memiliki impian sangat tinggi, namun, usahanya tidak sepadan dengan harapan yang mereka inginkan.

Untuk mengatasi kegagalan tersebut, Safir Senduk maupun Silvia Karst mengatakan bahwa semua pelaku bisnis MLM yang pernah mengalami kegagalan, bisa kembali menjalani bisnis tersebut dari awal. Bahkan merekapun, bisa menjalaninya di perusahaan yang sama dengan sebelumnya.


Karena bagi mereka, kegagalan dalam sebuah bisnis MLM memang diukur oleh ketekunan, dan kedisiplinan para pelakunya sendiri. Menurut Safir, kebanyakan masyarakat Indonesia memang cenderung kurang sabar dalam menekuni bisnisnya. Itulah sebabnya, mengapa tingkat kegagalan bisnis MLM di Indonesia cenderung lebih besar dibandingkan negara lainnya. Karena itu, bukanlah seseorang yang mengalami keterpurukan dalam bisnis yang satu ini, setelah kembali menjalaninya akan meraup kesuksesan yang lebih besar dibandingkan pendahulunya. Dengan syarat, mereka mau bekerja keras dan gigih menjalani bisnis tersebut.


Karena menurut Safir kunci kesuksesan dalam menjalani bisnis MLM ini relatif mudah. Layanan "Kuncinya tidak terlalu berat koq. Asal mereka mau belajar banyak dari appliner, gigih, disiplin, dan yang terpenting harus menjalin pertemanan. Karena pada dasarnya bisnis MLM ini tergantung pada jaringan yang kita miliki. Semakin besar jaringan yang kita miliki, maka peluang kesuksesan yang diraih akan semakin besar," tandasnya.


Jadi bagi Anda yang memang ingin menekuni bisnis MLM, kunci utamanya adalah raihlah sebanyak mungkin teman, dan gigihlah dalam berusaha, maka kemungkinan mencapai jenjang diamond diperusahaan MLM yang Anda pilih, akan mudah tercapai. Dan yang terpenting bersabarlah, dan jangan takut gagal. Karena seperti yang disebutkan oleh Safir dan juga Silvia, kegagalan adalah hal yang biasa dalam bisnis. Atau dengan kata lain kegagalan adalah sukses yang tertunda bagi Anda yang memang ingin kembali bangkit, tentu saja dengan etos kerja yang lebih baik.

Sumber: Bisnis Indonesia

Tidak ada komentar:

Posting Komentar